Selasa, 26 Oktober 2010


PDB VS PNB

Penggunaan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dilakukan oleh semua negara di dunia (termasuk Indonesia). Selain PDB, sebenarnya masih ada indikator lain untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih realistis dan juga dihitung di banyak negara, yaitu Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB), tetapi hampir tidak pernah digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.
PDB Indonesia, merupakan nilai tambah yang dihitung berdasarkan seluruh aktivitas ekonomi tanpa membedakan pemiliknya (dilakukan oleh warga negara Indonesia dan warga negara Asing), sejauh proses produksinya dilakukan di Indonesia, nilai tambah yang diperoleh merupakan PDB Indonesia, sehingga pertumbuhan tersebut sebenarnya semu, karena tambah adalah milik warga negara asing, yakni nilai tambah dari aktivitas ekonomi yang menggunakan faktor produksi (modal dan tenaga kerja) milik asing, seperti: lembaga keuangan/perbankkan, jasa komunikasi, ekplorasi tambang, dan aktivitas ekonomi lainnya. Berbeda dengan PDB, Produk Nasional Bruto (PNB) adalah PDB ditambah pendapatan bersih (neto) transaksi ekonomi dengan negara lain (luar negeri). Pendapatan neto merupakan selisih antara pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) warga negara Indonesia di luar negeri (karena aktivitas ekonominya di luar negeri), dengan pendapatan warga negara asing yang diperoleh di Indonesia. Apabila nilai tambah warga negara asing di Indonesia lebih besar dari nilai tambah nilai tambah warga negara Indonesia di luar negeri (negatip), maka PNB lebih kecil dari PDB. Walau lebih kecil tetapi nilai tambah dalam PNB adalah riil dan merupakan nilai tambah yang benar-benar diterima oleh warga negara Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, sudah saatnya untuk dipertimbangkan penggunaan PNB untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi, terutama untuk negara sedang berkembang yang aktivitas ekonominya masih sangat tergantung pada modal asing, seperti Indonesia. Berdasarkan PDB pertumbuhan ekonomi kita memang tinggi, bahkan ketika terjadi krisis ekonomi dunia 2009, ekonomi Indonesia tetap tumbuh positip sementara sebagian besar negara maju di dunia ekonominya tumbuh negatif. Masalahnya: siapa yang menikmati pertumbuhan ekonomi tersebut, apabila sebagian besar faktor produksi milik asing ?
Penggunaan PNB sebagai indikator pembangunan ekonomi secara politis memang tidak menguntungkan, karena income per capita PNB lebih kecil dibanding income per capita PDB, tetapi income per capita PNB lebih realistis. Sebagai contoh, income per capita PDB tahun 2009 sebesar Rp. 9.409.085,8/kapita/tahun (harga tahun dasar 2000), sedang nilai income per capita PNB tahun 2009, adalah Rp. 8.924.436,8 /kapita/tahun, dengan tahun dasar yang sama (Statistik Indonesia, 2009).

Senin, 23 Agustus 2010

Minggu, 15 Agustus 2010

Hidup Adalah Pilihan

Apabila kita perhatikan kegiatan sehari-hari makluk Tuhan yang namanya manusia, ternyata mobilitasnya sangat luar biasa. Fenomena tersebut nampak jelas bila kita perhatikan lalu lalangnya manusia di jalan raya, baik pejalan kaki, penumpang angkutan umum (becak, bemo, bis kota dan taxi), pengendara kendaraan pribadi (sepeda, motor, mobil, dsb). Terlebih pada jam-jam sibuk (pagi jam kerja dan sore jam pulang kantor). Jalan penuh sesak, ....... yang dari utara ke selatan, dari timur ke barat dan sebaliknya, .......... seolah tidak ada habis-habisnya, sampai-sampai kita terasa enggan/malas berada di jalan pada saat-saat sibuk seperti itu.

Pertanyaan yang sering ada di benak kita, .... "Apa sebenarnya yang mereka cari ?".

Nampaknya sulit memperoleh jawabannya, karena kebutuhan manusia itu macam-macam dan tak terbatas. Masing-masing mempunyai tujuan berbeda-beda, apalagi bila yang dicari bukan sekedar kebutuhan hidup, tapi keinginan. Kebutuhan hidup terbatas, tapi keinginan tidak ada batasnya, selalu ingin yang lebih, ...... lebih, ....... lebih, ...... dan lebih lagi, dalam hal apapun (baru akan berhenti setelah dipanggil oleh Alloh SWA).

Karena terlalu banyaknya kebutuhan/keinginan manusia, sudah pasti tidak semua yang di butuhkan/inginkan dapat diperoleh, selalu saja ada hal-hal yang menghambat atau menghalangi baik yang berasal dari diri sendiri (internal), seperti keterbatasan anggaran, sarana-prasarana, phisik, atau pihak luar (external) seperti persaingan, tempat yang jauh, dan lainnya.

Semua yang dimiliki manusia serba terbatas, mata kita bisa melihat, .... tapi jarak pandang kita terbatas; Telinga kita bisa mendengar, ..... tapi suara yang bisa kita dengar terbatas; Melalui mulut kita bisa bersuara, .... tapi suara kita juga terbatas. Demikian halnya dengan kemampuan-kemampuan kita yang lain, .... semuanya serba terbatas.

Keterbatasana juga ditunjukkan oleh tidak mungkinnya seorang berada di dua tepat yang berbeda pada waktu/saat yang sama, misalnya: tidak mungkin nonton bola di stadion bersamaan dengan menonton film di studio, walau sebenarnya kita ingin melihat keduanya.

Karena banyaknya keinginan yang kita inginkan, di sisi lain kita memiliki keterbatasan untuk untuk memperoleh yang kita inginkan, maka yang bisa kita lakukan adalah memilih, oleh karena itu hidup ini adalah pilihan, kareana sebenarnya dalam hidup ini selalu ada alternatip, dan bagi orang normal, seseorang akan bersikap rasional dalam menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan/referensi yang dimiliki. Pertimbangan memilih adalah utility (nilai guna), dalam menentukan pilihan seseorang sering mempertimbangkan utility yang dirasakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Apakah pilihan tersebut pasti benar ?

Benar tidaknya pilihan bukan yang utama, tetapi keberanian untuk memutuskan dalam memilih itulah yang lebih penting. Banyak orang gagal karena tidak berani memilih (mengambil) keputusan. Keputusan yang salah merupakan jalan untuk menuju benar, asal kita menyadari kesalahan dan memperbaiki kesalahan tersebut, karena kita tidak tahu yang benar sebelum tahu yang salah.

Untuk sukses jangan takut memilih.

Jumat, 26 Maret 2010

Hakekat Hidup Adalah Perbedaan



Dalam beberapa literatur "konflik" sering didefinisikan sebagai kondisi, dimana apa yang diinginkan tidak dapat dicapai karena ada pihak lain yang tidak setuju (menghambat). Banyak yang menilai, dampat konflik umumnya tidak baik, antara lain: mudah marah (emosi), stres, berpikiran jelek, semua itu adalah "penyakit hati" yang dapat berakibat "stroke" bahkan bisa "stop" alias "mati". Pertanyaan berikutnya adalah mengapa ada pihak lain yang tidak setuju atau mengambat keinginan kita ?. Jawabannya sangat sederhana, yaitu karena adanya "perbedaan". Pengertian perbedaan atau faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan sangat luas, bisa karena berbeda tujuan, pemahaman, kepentingan, falsafah hidup dan masih banyak lagi yang membuat orang lain berbeda. Sehingga konflik dapat terjadi dimana, kapan dan dengan siapapun, karena perbedaan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Bukankah sejak lahir kita memang sudah berbeda ?. Secara phisik, di dunia ini tidak ada dua orang yang sama persis, apalagi secara psychis (kejiwaan), sehingga hakekat dari kehidupan ini adalah perbedaan itu sendiri. Oleh karena itu, tidak sepenuhnya benar kalau perbedaan itu selalu berbuah kejelekan, atau dengan kata lain tidak sepenuhnya konflik itu jelek. Banyak konflik yang berbuah kebaikan, dan apabila kita cermati dengan seksama, perkembangan serta kemajuan ilmu pengethuan dan teknologi itu umumnya diawali dengan adanya perbedaan atau konflik. Inti masalah yang sebenarnya adalah bagaima kita menyikapi dan mengelola konflik.

Semoga bermanfaat

Rabu, 27 Januari 2010

Indeks Upah Buruh VS Indeks Harga Konsumen
Di Jawa Timur

Tinggi rendahnya upah buruh sangat menentukan kesehteran buruh, semakin tinggi upah yang diterima semakin tinggi tingkat kesejahteraan buruh. Upah buruh yang rendah justru cenderung menunjukkan bahwa tidak mempunyai kemampuan untuk bersaing dan menghambat tercapainya kesejahteraan bagi rakyat. Upah yang tinggi membuat daya beli masyarakat meningkat yang dapat mendorong tumbuhnya sektor industri. Di dalam konteks upaya terus menekan upah buruh, juga akan menimbulkan kesenjangan sosial dan ongkos sosial yang tinggi dan juga akan menyebabkan makin lemahnya konsumsi sektor privat. Oleh sebab itu kunci dari meningkatkan daya saing di Indonesia adalah pemilah-milahan industri yang jelas mempunyai keunggulan kompetitif dan meningkatkan produktivitas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum kesejahteraan buruh dari tahun ketahun menunjukkan peningkatan. Hal ini ditunjukkan oleh dua indicator yaitu:
a. Nilai rata-rata kenaikkan upah buruh tiap tahun lebih besar dibanding dengan nilai inflasi
Kesejahteraan masyarakat menjadi lebih rendah akibat terjadinya inflasi semakin tinggi inflasi semakin semakin besar penurunan kesejahteraan masyarakat, karena daya beli masyarakat berkurang sebesar nilai inflasi. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah selain meningkatkan gaji pegawai juga menekan laju inflasi. Pengaruh inflasi terhadap kesejahteraan masyarakat dapat dieleminir apabila kenaikkan gaji pegawai lebih besar dari inflasi. Dengan nilai rata-rata kenaikkan upah buruh yang lebih besar dari inflasi yang terjadi pada tahun yang sama menunjukkan bahwa kesejahteraan buruh meningkat walau peningkatannya tidak sebesar kenaikkan upah yang diterima karena harus dikurangi dengan besarnya inflasi.
b. Nilai rata-rata indeks upah buruh lebih besar dibanding indeks harga kunsumen.
Indek harga konsumen menggambarkan tingkat kenaikkan harga barang kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan barang-barang kebutuhan pokok. Naiknya harga barang yang dibutuhkan masyarakat menyebabkan kesejahteraan masyarakat menurun, semakin tinggi indeks harga konsumen berarti harga barang yang dibutuhkan masyarakat semakin mahal sehingga masyarakat tidak mampu menjangkau. Semakin rendahnya daya beli masyarakat atau semakin tidak mampunya masyarakat untuk mengkonsumsi barang menunjukkan rendahnya kesejahteraan masyarakat. Kenaikkan harga barang tersebut tidak berpengaru terhadap kesejahteraan masyarakat apabila pendapatan masyarakat naik lebih tinggi dibanding dengan kenaikkan harga barang. Hasil analisis menunjukkan bahwa indeks upah buruh selalu lebih tinggi dibanding dengan indeks harga konsumen, sehingga buruh masih mampu membeli barang kebutuhan hidupnya karena upahnya naik lebih tinggi dibanding dengan kenaikkan harga barang, bahkan daya belinya meningkat oleh karenannya kesejahteraan buruh lebih baik.
Meningkatnya kesejahteraan buruh bukan berarti jumlah masyarakat miskin berkurang, walau upah buruh merupakan indikator kemiskinan tetapi masih banyak indikator lain yang menjadi ukuran untuk mengukur kemiskinan masyarakat. Analisis di atas terbatas pada menjelaskan bahwa kesejateraan buruh terus bertambah apabila dibandingkan kesejahteraan tahun-tahun sebelumnya. Indikator lain untuk mengetahui apakah jumlah masyarakat miskin berkurang atau sebaliknya adalah anggka pengangguran, walau kesejahteraan buruh naik seiring dengan naiknya upah buruh apabila pertumbuhan lapangan kerja tidak sebanding dengan naiknya masyarakat pencari kerja maka jumlah masyarakat miskin akan meningkat karena pekerja harus menanggung beban masyarakat yang belum bekerja sehingga membuat masyarakat tidak miskin menjadi miskin karena meningkatnya beban (biaya) hidup yang harus ditanggung
Selain kurang tersediannya kesempatan kerja bagi pencari kerja, meningkatnya jumlah masyarakat miskin juga didorong oleh pemutusan hubungan kerja (PHK). Penerunan aktivitas produksi sektor usaha yang menyebabkan di”rumah”kannya atau diputusnya hubungan kerja sejumlah buruh merupakan stimulir yang semakin mempercepat jumlah masyarakat miskin. Oleh karena itu permasalahan utama sebenarnya bukan pada kenikkan upah buruh tetapi yang lebih penting adalah kelangsungan pekerjaan bagi masyarakat yang sudah bekerja serta terciptanya lapangan kerja baru untuk menampung masyarakat pencari kerja.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan :
1. Kenaikkan upah buruh dari tahun ke tahun telah mampu meningkatkan kesejahteraan buruh, yang ditunjukkan oleh kenaikkan rata-rata upah buruh yang lebih tinggi dibanding inflasi. Upah buruh selama periode tahun 2000 sampai 2006 rata-rata naik sebesar 13,38% pertahun sementara dlam periode yang sama rata-rata inflasi hanya sebesar 7,82%.
2. Peningkatan kesejahteraan buruh juga ditunjukkan oleh laju indeks upah buruh yang lebih besar dibanding indeks harga konsumsi. Selama periode tahun 2000 sampai dengan 2006 indeks upah buruh tumbuh sebesar 111,90% sementara indeks harga konsumen hanya tumbuh sebesar 66,86%.
3. Berdasarkan analisis trend, kesejahteraan buruh sektor industri tumbuh lebih cepat dibaning pertumbuhan kesejahteraan buruh pertanian dan perhotelan.