Selasa, 26 Oktober 2010
PDB VS PNB
Penggunaan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dilakukan oleh semua negara di dunia (termasuk Indonesia). Selain PDB, sebenarnya masih ada indikator lain untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih realistis dan juga dihitung di banyak negara, yaitu Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB), tetapi hampir tidak pernah digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.
PDB Indonesia, merupakan nilai tambah yang dihitung berdasarkan seluruh aktivitas ekonomi tanpa membedakan pemiliknya (dilakukan oleh warga negara Indonesia dan warga negara Asing), sejauh proses produksinya dilakukan di Indonesia, nilai tambah yang diperoleh merupakan PDB Indonesia, sehingga pertumbuhan tersebut sebenarnya semu, karena tambah adalah milik warga negara asing, yakni nilai tambah dari aktivitas ekonomi yang menggunakan faktor produksi (modal dan tenaga kerja) milik asing, seperti: lembaga keuangan/perbankkan, jasa komunikasi, ekplorasi tambang, dan aktivitas ekonomi lainnya. Berbeda dengan PDB, Produk Nasional Bruto (PNB) adalah PDB ditambah pendapatan bersih (neto) transaksi ekonomi dengan negara lain (luar negeri). Pendapatan neto merupakan selisih antara pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) warga negara Indonesia di luar negeri (karena aktivitas ekonominya di luar negeri), dengan pendapatan warga negara asing yang diperoleh di Indonesia. Apabila nilai tambah warga negara asing di Indonesia lebih besar dari nilai tambah nilai tambah warga negara Indonesia di luar negeri (negatip), maka PNB lebih kecil dari PDB. Walau lebih kecil tetapi nilai tambah dalam PNB adalah riil dan merupakan nilai tambah yang benar-benar diterima oleh warga negara Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, sudah saatnya untuk dipertimbangkan penggunaan PNB untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi, terutama untuk negara sedang berkembang yang aktivitas ekonominya masih sangat tergantung pada modal asing, seperti Indonesia. Berdasarkan PDB pertumbuhan ekonomi kita memang tinggi, bahkan ketika terjadi krisis ekonomi dunia 2009, ekonomi Indonesia tetap tumbuh positip sementara sebagian besar negara maju di dunia ekonominya tumbuh negatif. Masalahnya: siapa yang menikmati pertumbuhan ekonomi tersebut, apabila sebagian besar faktor produksi milik asing ?
Penggunaan PNB sebagai indikator pembangunan ekonomi secara politis memang tidak menguntungkan, karena income per capita PNB lebih kecil dibanding income per capita PDB, tetapi income per capita PNB lebih realistis. Sebagai contoh, income per capita PDB tahun 2009 sebesar Rp. 9.409.085,8/kapita/tahun (harga tahun dasar 2000), sedang nilai income per capita PNB tahun 2009, adalah Rp. 8.924.436,8 /kapita/tahun, dengan tahun dasar yang sama (Statistik Indonesia, 2009).
Senin, 23 Agustus 2010
Minggu, 15 Agustus 2010
Hidup Adalah Pilihan
Apabila kita perhatikan kegiatan sehari-hari makluk Tuhan yang namanya manusia, ternyata mobilitasnya sangat luar biasa. Fenomena tersebut nampak jelas bila kita perhatikan lalu lalangnya manusia di jalan raya, baik pejalan kaki, penumpang angkutan umum (becak, bemo, bis kota dan taxi), pengendara kendaraan pribadi (sepeda, motor, mobil, dsb). Terlebih pada jam-jam sibuk (pagi jam kerja dan sore jam pulang kantor). Jalan penuh sesak, ....... yang dari utara ke selatan, dari timur ke barat dan sebaliknya, .......... seolah tidak ada habis-habisnya, sampai-sampai kita terasa enggan/malas berada di jalan pada saat-saat sibuk seperti itu.
Pertanyaan yang sering ada di benak kita, .... "Apa sebenarnya yang mereka cari ?".
Nampaknya sulit memperoleh jawabannya, karena kebutuhan manusia itu macam-macam dan tak terbatas. Masing-masing mempunyai tujuan berbeda-beda, apalagi bila yang dicari bukan sekedar kebutuhan hidup, tapi keinginan. Kebutuhan hidup terbatas, tapi keinginan tidak ada batasnya, selalu ingin yang lebih, ...... lebih, ....... lebih, ...... dan lebih lagi, dalam hal apapun (baru akan berhenti setelah dipanggil oleh Alloh SWA).
Karena terlalu banyaknya kebutuhan/keinginan manusia, sudah pasti tidak semua yang di butuhkan/inginkan dapat diperoleh, selalu saja ada hal-hal yang menghambat atau menghalangi baik yang berasal dari diri sendiri (internal), seperti keterbatasan anggaran, sarana-prasarana, phisik, atau pihak luar (external) seperti persaingan, tempat yang jauh, dan lainnya.
Semua yang dimiliki manusia serba terbatas, mata kita bisa melihat, .... tapi jarak pandang kita terbatas; Telinga kita bisa mendengar, ..... tapi suara yang bisa kita dengar terbatas; Melalui mulut kita bisa bersuara, .... tapi suara kita juga terbatas. Demikian halnya dengan kemampuan-kemampuan kita yang lain, .... semuanya serba terbatas.
Keterbatasana juga ditunjukkan oleh tidak mungkinnya seorang berada di dua tepat yang berbeda pada waktu/saat yang sama, misalnya: tidak mungkin nonton bola di stadion bersamaan dengan menonton film di studio, walau sebenarnya kita ingin melihat keduanya.
Karena banyaknya keinginan yang kita inginkan, di sisi lain kita memiliki keterbatasan untuk untuk memperoleh yang kita inginkan, maka yang bisa kita lakukan adalah memilih, oleh karena itu hidup ini adalah pilihan, kareana sebenarnya dalam hidup ini selalu ada alternatip, dan bagi orang normal, seseorang akan bersikap rasional dalam menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan/referensi yang dimiliki. Pertimbangan memilih adalah utility (nilai guna), dalam menentukan pilihan seseorang sering mempertimbangkan utility yang dirasakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Apakah pilihan tersebut pasti benar ?
Benar tidaknya pilihan bukan yang utama, tetapi keberanian untuk memutuskan dalam memilih itulah yang lebih penting. Banyak orang gagal karena tidak berani memilih (mengambil) keputusan. Keputusan yang salah merupakan jalan untuk menuju benar, asal kita menyadari kesalahan dan memperbaiki kesalahan tersebut, karena kita tidak tahu yang benar sebelum tahu yang salah.
Untuk sukses jangan takut memilih.
Pertanyaan yang sering ada di benak kita, .... "Apa sebenarnya yang mereka cari ?".
Nampaknya sulit memperoleh jawabannya, karena kebutuhan manusia itu macam-macam dan tak terbatas. Masing-masing mempunyai tujuan berbeda-beda, apalagi bila yang dicari bukan sekedar kebutuhan hidup, tapi keinginan. Kebutuhan hidup terbatas, tapi keinginan tidak ada batasnya, selalu ingin yang lebih, ...... lebih, ....... lebih, ...... dan lebih lagi, dalam hal apapun (baru akan berhenti setelah dipanggil oleh Alloh SWA).
Karena terlalu banyaknya kebutuhan/keinginan manusia, sudah pasti tidak semua yang di butuhkan/inginkan dapat diperoleh, selalu saja ada hal-hal yang menghambat atau menghalangi baik yang berasal dari diri sendiri (internal), seperti keterbatasan anggaran, sarana-prasarana, phisik, atau pihak luar (external) seperti persaingan, tempat yang jauh, dan lainnya.
Semua yang dimiliki manusia serba terbatas, mata kita bisa melihat, .... tapi jarak pandang kita terbatas; Telinga kita bisa mendengar, ..... tapi suara yang bisa kita dengar terbatas; Melalui mulut kita bisa bersuara, .... tapi suara kita juga terbatas. Demikian halnya dengan kemampuan-kemampuan kita yang lain, .... semuanya serba terbatas.
Keterbatasana juga ditunjukkan oleh tidak mungkinnya seorang berada di dua tepat yang berbeda pada waktu/saat yang sama, misalnya: tidak mungkin nonton bola di stadion bersamaan dengan menonton film di studio, walau sebenarnya kita ingin melihat keduanya.
Karena banyaknya keinginan yang kita inginkan, di sisi lain kita memiliki keterbatasan untuk untuk memperoleh yang kita inginkan, maka yang bisa kita lakukan adalah memilih, oleh karena itu hidup ini adalah pilihan, kareana sebenarnya dalam hidup ini selalu ada alternatip, dan bagi orang normal, seseorang akan bersikap rasional dalam menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan/referensi yang dimiliki. Pertimbangan memilih adalah utility (nilai guna), dalam menentukan pilihan seseorang sering mempertimbangkan utility yang dirasakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Apakah pilihan tersebut pasti benar ?
Benar tidaknya pilihan bukan yang utama, tetapi keberanian untuk memutuskan dalam memilih itulah yang lebih penting. Banyak orang gagal karena tidak berani memilih (mengambil) keputusan. Keputusan yang salah merupakan jalan untuk menuju benar, asal kita menyadari kesalahan dan memperbaiki kesalahan tersebut, karena kita tidak tahu yang benar sebelum tahu yang salah.
Untuk sukses jangan takut memilih.
Jumat, 26 Maret 2010
Hakekat Hidup Adalah Perbedaan
Dalam beberapa literatur "konflik" sering didefinisikan sebagai kondisi, dimana apa yang diinginkan tidak dapat dicapai karena ada pihak lain yang tidak setuju (menghambat). Banyak yang menilai, dampat konflik umumnya tidak baik, antara lain: mudah marah (emosi), stres, berpikiran jelek, semua itu adalah "penyakit hati" yang dapat berakibat "stroke" bahkan bisa "stop" alias "mati". Pertanyaan berikutnya adalah mengapa ada pihak lain yang tidak setuju atau mengambat keinginan kita ?. Jawabannya sangat sederhana, yaitu karena adanya "perbedaan". Pengertian perbedaan atau faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan sangat luas, bisa karena berbeda tujuan, pemahaman, kepentingan, falsafah hidup dan masih banyak lagi yang membuat orang lain berbeda. Sehingga konflik dapat terjadi dimana, kapan dan dengan siapapun, karena perbedaan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Bukankah sejak lahir kita memang sudah berbeda ?. Secara phisik, di dunia ini tidak ada dua orang yang sama persis, apalagi secara psychis (kejiwaan), sehingga hakekat dari kehidupan ini adalah perbedaan itu sendiri. Oleh karena itu, tidak sepenuhnya benar kalau perbedaan itu selalu berbuah kejelekan, atau dengan kata lain tidak sepenuhnya konflik itu jelek. Banyak konflik yang berbuah kebaikan, dan apabila kita cermati dengan seksama, perkembangan serta kemajuan ilmu pengethuan dan teknologi itu umumnya diawali dengan adanya perbedaan atau konflik. Inti masalah yang sebenarnya adalah bagaima kita menyikapi dan mengelola konflik.
Semoga bermanfaat
Rabu, 27 Januari 2010
Indeks Upah Buruh VS Indeks Harga Konsumen
Di Jawa Timur
Tinggi rendahnya upah buruh sangat menentukan kesehteran buruh, semakin tinggi upah yang diterima semakin tinggi tingkat kesejahteraan buruh. Upah buruh yang rendah justru cenderung menunjukkan bahwa tidak mempunyai kemampuan untuk bersaing dan menghambat tercapainya kesejahteraan bagi rakyat. Upah yang tinggi membuat daya beli masyarakat meningkat yang dapat mendorong tumbuhnya sektor industri. Di dalam konteks upaya terus menekan upah buruh, juga akan menimbulkan kesenjangan sosial dan ongkos sosial yang tinggi dan juga akan menyebabkan makin lemahnya konsumsi sektor privat. Oleh sebab itu kunci dari meningkatkan daya saing di Indonesia adalah pemilah-milahan industri yang jelas mempunyai keunggulan kompetitif dan meningkatkan produktivitas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum kesejahteraan buruh dari tahun ketahun menunjukkan peningkatan. Hal ini ditunjukkan oleh dua indicator yaitu:
a. Nilai rata-rata kenaikkan upah buruh tiap tahun lebih besar dibanding dengan nilai inflasi
Kesejahteraan masyarakat menjadi lebih rendah akibat terjadinya inflasi semakin tinggi inflasi semakin semakin besar penurunan kesejahteraan masyarakat, karena daya beli masyarakat berkurang sebesar nilai inflasi. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah selain meningkatkan gaji pegawai juga menekan laju inflasi. Pengaruh inflasi terhadap kesejahteraan masyarakat dapat dieleminir apabila kenaikkan gaji pegawai lebih besar dari inflasi. Dengan nilai rata-rata kenaikkan upah buruh yang lebih besar dari inflasi yang terjadi pada tahun yang sama menunjukkan bahwa kesejahteraan buruh meningkat walau peningkatannya tidak sebesar kenaikkan upah yang diterima karena harus dikurangi dengan besarnya inflasi.
b. Nilai rata-rata indeks upah buruh lebih besar dibanding indeks harga kunsumen.
Indek harga konsumen menggambarkan tingkat kenaikkan harga barang kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan barang-barang kebutuhan pokok. Naiknya harga barang yang dibutuhkan masyarakat menyebabkan kesejahteraan masyarakat menurun, semakin tinggi indeks harga konsumen berarti harga barang yang dibutuhkan masyarakat semakin mahal sehingga masyarakat tidak mampu menjangkau. Semakin rendahnya daya beli masyarakat atau semakin tidak mampunya masyarakat untuk mengkonsumsi barang menunjukkan rendahnya kesejahteraan masyarakat. Kenaikkan harga barang tersebut tidak berpengaru terhadap kesejahteraan masyarakat apabila pendapatan masyarakat naik lebih tinggi dibanding dengan kenaikkan harga barang. Hasil analisis menunjukkan bahwa indeks upah buruh selalu lebih tinggi dibanding dengan indeks harga konsumen, sehingga buruh masih mampu membeli barang kebutuhan hidupnya karena upahnya naik lebih tinggi dibanding dengan kenaikkan harga barang, bahkan daya belinya meningkat oleh karenannya kesejahteraan buruh lebih baik.
Meningkatnya kesejahteraan buruh bukan berarti jumlah masyarakat miskin berkurang, walau upah buruh merupakan indikator kemiskinan tetapi masih banyak indikator lain yang menjadi ukuran untuk mengukur kemiskinan masyarakat. Analisis di atas terbatas pada menjelaskan bahwa kesejateraan buruh terus bertambah apabila dibandingkan kesejahteraan tahun-tahun sebelumnya. Indikator lain untuk mengetahui apakah jumlah masyarakat miskin berkurang atau sebaliknya adalah anggka pengangguran, walau kesejahteraan buruh naik seiring dengan naiknya upah buruh apabila pertumbuhan lapangan kerja tidak sebanding dengan naiknya masyarakat pencari kerja maka jumlah masyarakat miskin akan meningkat karena pekerja harus menanggung beban masyarakat yang belum bekerja sehingga membuat masyarakat tidak miskin menjadi miskin karena meningkatnya beban (biaya) hidup yang harus ditanggung
Selain kurang tersediannya kesempatan kerja bagi pencari kerja, meningkatnya jumlah masyarakat miskin juga didorong oleh pemutusan hubungan kerja (PHK). Penerunan aktivitas produksi sektor usaha yang menyebabkan di”rumah”kannya atau diputusnya hubungan kerja sejumlah buruh merupakan stimulir yang semakin mempercepat jumlah masyarakat miskin. Oleh karena itu permasalahan utama sebenarnya bukan pada kenikkan upah buruh tetapi yang lebih penting adalah kelangsungan pekerjaan bagi masyarakat yang sudah bekerja serta terciptanya lapangan kerja baru untuk menampung masyarakat pencari kerja.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan :
1. Kenaikkan upah buruh dari tahun ke tahun telah mampu meningkatkan kesejahteraan buruh, yang ditunjukkan oleh kenaikkan rata-rata upah buruh yang lebih tinggi dibanding inflasi. Upah buruh selama periode tahun 2000 sampai 2006 rata-rata naik sebesar 13,38% pertahun sementara dlam periode yang sama rata-rata inflasi hanya sebesar 7,82%.
2. Peningkatan kesejahteraan buruh juga ditunjukkan oleh laju indeks upah buruh yang lebih besar dibanding indeks harga konsumsi. Selama periode tahun 2000 sampai dengan 2006 indeks upah buruh tumbuh sebesar 111,90% sementara indeks harga konsumen hanya tumbuh sebesar 66,86%.
3. Berdasarkan analisis trend, kesejahteraan buruh sektor industri tumbuh lebih cepat dibaning pertumbuhan kesejahteraan buruh pertanian dan perhotelan.
Di Jawa Timur
Tinggi rendahnya upah buruh sangat menentukan kesehteran buruh, semakin tinggi upah yang diterima semakin tinggi tingkat kesejahteraan buruh. Upah buruh yang rendah justru cenderung menunjukkan bahwa tidak mempunyai kemampuan untuk bersaing dan menghambat tercapainya kesejahteraan bagi rakyat. Upah yang tinggi membuat daya beli masyarakat meningkat yang dapat mendorong tumbuhnya sektor industri. Di dalam konteks upaya terus menekan upah buruh, juga akan menimbulkan kesenjangan sosial dan ongkos sosial yang tinggi dan juga akan menyebabkan makin lemahnya konsumsi sektor privat. Oleh sebab itu kunci dari meningkatkan daya saing di Indonesia adalah pemilah-milahan industri yang jelas mempunyai keunggulan kompetitif dan meningkatkan produktivitas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum kesejahteraan buruh dari tahun ketahun menunjukkan peningkatan. Hal ini ditunjukkan oleh dua indicator yaitu:
a. Nilai rata-rata kenaikkan upah buruh tiap tahun lebih besar dibanding dengan nilai inflasi
Kesejahteraan masyarakat menjadi lebih rendah akibat terjadinya inflasi semakin tinggi inflasi semakin semakin besar penurunan kesejahteraan masyarakat, karena daya beli masyarakat berkurang sebesar nilai inflasi. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah selain meningkatkan gaji pegawai juga menekan laju inflasi. Pengaruh inflasi terhadap kesejahteraan masyarakat dapat dieleminir apabila kenaikkan gaji pegawai lebih besar dari inflasi. Dengan nilai rata-rata kenaikkan upah buruh yang lebih besar dari inflasi yang terjadi pada tahun yang sama menunjukkan bahwa kesejahteraan buruh meningkat walau peningkatannya tidak sebesar kenaikkan upah yang diterima karena harus dikurangi dengan besarnya inflasi.
b. Nilai rata-rata indeks upah buruh lebih besar dibanding indeks harga kunsumen.
Indek harga konsumen menggambarkan tingkat kenaikkan harga barang kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan barang-barang kebutuhan pokok. Naiknya harga barang yang dibutuhkan masyarakat menyebabkan kesejahteraan masyarakat menurun, semakin tinggi indeks harga konsumen berarti harga barang yang dibutuhkan masyarakat semakin mahal sehingga masyarakat tidak mampu menjangkau. Semakin rendahnya daya beli masyarakat atau semakin tidak mampunya masyarakat untuk mengkonsumsi barang menunjukkan rendahnya kesejahteraan masyarakat. Kenaikkan harga barang tersebut tidak berpengaru terhadap kesejahteraan masyarakat apabila pendapatan masyarakat naik lebih tinggi dibanding dengan kenaikkan harga barang. Hasil analisis menunjukkan bahwa indeks upah buruh selalu lebih tinggi dibanding dengan indeks harga konsumen, sehingga buruh masih mampu membeli barang kebutuhan hidupnya karena upahnya naik lebih tinggi dibanding dengan kenaikkan harga barang, bahkan daya belinya meningkat oleh karenannya kesejahteraan buruh lebih baik.
Meningkatnya kesejahteraan buruh bukan berarti jumlah masyarakat miskin berkurang, walau upah buruh merupakan indikator kemiskinan tetapi masih banyak indikator lain yang menjadi ukuran untuk mengukur kemiskinan masyarakat. Analisis di atas terbatas pada menjelaskan bahwa kesejateraan buruh terus bertambah apabila dibandingkan kesejahteraan tahun-tahun sebelumnya. Indikator lain untuk mengetahui apakah jumlah masyarakat miskin berkurang atau sebaliknya adalah anggka pengangguran, walau kesejahteraan buruh naik seiring dengan naiknya upah buruh apabila pertumbuhan lapangan kerja tidak sebanding dengan naiknya masyarakat pencari kerja maka jumlah masyarakat miskin akan meningkat karena pekerja harus menanggung beban masyarakat yang belum bekerja sehingga membuat masyarakat tidak miskin menjadi miskin karena meningkatnya beban (biaya) hidup yang harus ditanggung
Selain kurang tersediannya kesempatan kerja bagi pencari kerja, meningkatnya jumlah masyarakat miskin juga didorong oleh pemutusan hubungan kerja (PHK). Penerunan aktivitas produksi sektor usaha yang menyebabkan di”rumah”kannya atau diputusnya hubungan kerja sejumlah buruh merupakan stimulir yang semakin mempercepat jumlah masyarakat miskin. Oleh karena itu permasalahan utama sebenarnya bukan pada kenikkan upah buruh tetapi yang lebih penting adalah kelangsungan pekerjaan bagi masyarakat yang sudah bekerja serta terciptanya lapangan kerja baru untuk menampung masyarakat pencari kerja.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan :
1. Kenaikkan upah buruh dari tahun ke tahun telah mampu meningkatkan kesejahteraan buruh, yang ditunjukkan oleh kenaikkan rata-rata upah buruh yang lebih tinggi dibanding inflasi. Upah buruh selama periode tahun 2000 sampai 2006 rata-rata naik sebesar 13,38% pertahun sementara dlam periode yang sama rata-rata inflasi hanya sebesar 7,82%.
2. Peningkatan kesejahteraan buruh juga ditunjukkan oleh laju indeks upah buruh yang lebih besar dibanding indeks harga konsumsi. Selama periode tahun 2000 sampai dengan 2006 indeks upah buruh tumbuh sebesar 111,90% sementara indeks harga konsumen hanya tumbuh sebesar 66,86%.
3. Berdasarkan analisis trend, kesejahteraan buruh sektor industri tumbuh lebih cepat dibaning pertumbuhan kesejahteraan buruh pertanian dan perhotelan.
Minggu, 22 November 2009
Asumsi Klasik
Statistika, dewasa banyak diminati masyarakat apapun profesinya, baik praktisi bisnis-manajemen, praktisi hukum, politisi, medis-psikologis dan sebagainya, teriebih lagi bagi kalangan akadenisi, ilmuwan dan peneliti. Keputuhan statistik sebagai alat analisis dirasakan semakin besar oleh pemakaimya, karena semakin meningaktanya persoalan yang harus diselesaikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sementara di sisi lain waktu yang tersedia untuk menyelesaikan persoalan terasa semakin sempit.
Dinanika ilmu statistik sendiri sebenarnya telah berjalan seiring, bahkan lebih ke depan dibanding dengan kebutuhan penyelesaian permasalahan seharian pemakainya, tetapi persoalannya tidak hanya sebatas pada konsep statistiknya belaka. Waktu yang dirasa semakin sempit menginginkan tehnologi komputer turut berperan dalam penghematan waktu, biaya di saping harapan akan optimalisasi dan akurasi basil yang diperuleh Oleh karena itu telah banyak diprodoksi paket program aplikasi komputer unuk analisis, dan salah satunya adalah Statistical Program for Social Science (SPSS).
SPSS merupakan paket program aplikasi komputer tutuk menganalisis data kuatitatip dengan uji-uji statistik, terutama analisis statistik untuk ilmu-ilmu sosial, Namun demikian kemampuan SPSS dalam menganalisis data terkait dengan analisis statistik tidak harya sebatas pada ilmu-ilmu sasial, tetapi juga dapat digunakan untuk hampir seluruh problematic semua bidang ilmu. Beberapa diskriptip data dengan aplikasi sangat sederhana dan mudah dapat digunakan untuk membuat laporan berbentuk tabulasi, chart (grafik), plot (diagram) dari berbagai distribusi, statistik deskriptif, statistik inferensial, dan analisis statistik yang komplek. Sehingga SPSS merupakan program statistik yang lengkap, menyeluruh, terpadu dan sangat fleksibel untuk analisis data, walau masih ada kelemahan dan kekurangannya.
Secara garis besar SPSS menghasilkan 3 maca mtipe file, yaitu :
1. File data, file ini dihasilkan melalui SPSS Data Editor yang disimpan dengan ekstensi sav.
2. File teks, file ini dihasilkan melalui output window dan disimpan dengan ekstensi lst.
3. File chart, file ini dihasilkan melalui chart window yang disimpan dengan ekstensi cht.
Beberapa macam analisis statistik seperti: Anallsis nilali sentral, analisys of varians (Anova), analisis regresi, analisis diskriminan, analisis non-pararnetrik dan analisis lainnya. Makalah ini membahas penggunaan SPSS untuk analisis regresi dengan focus membangun "madel" regresfuntuk memenuhi asumsi klasik dengan tetap berpedoman pada kaidah teori yang mendukung, guna memperoleh istimasi linier terbaik (Best Linier Unbias Estimate).
Dengan pertimbangan kepraktisan fungsi dan efisiensi waktu, petunjuk teknis pengoperasial diuraikan dengan sangat sederhana, tetapi melalui latihan-latihan serta bimbingan dan mengaplikasikan ke dalam beberapa kasus dan menggunakan komputer diharapkan dapat membuat mahasiswa terampil. Adapun secara garis besar tahan yang harus dilakukan adalah sebagal berikut:
1. Menasukan data
- Membuat data baru
- Mengedit data
- Menambah data
- Mengakses data
- Tranformasi data
3. Mengevaluasi Model melalui hasil analisis
4. Melakukan uji Asumsi Klasik
Salah satu analisis statistik yang digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan dan bentuk hubungan dari dua varlabel atau lebih tersebut digunakan analisis Korelasi, sedang untuk menganalisis ada tidaknya dan besar pengaruh variable independent terhadap variable dependent digunakan analisis regresi. Regresi merupakan alat statistik yang digunakan untuk melihat seberapa jauh suatu veraibel (independent variabel) berpengaruh terhadap variabel lain (dependent variabel) karena adanya hubungan dari dua atau lebih variabel tersebut, serta bagaimana bertuk hubungannya.
Analisis regresi terutama ditujukan untuk penaksiran dari/atau peramalan nilal rata-rata hitung atau nilai rata-rata (populasi) variabel tak bebas atas dasar nilai variabel yang menjelaskan (diketahui) melalui pengambilan sample yang dilakukan secara acak. Sehtngga Sample Regression Function (SRF), digunakan iutuk mendekati Population Regremion Function (PRF), dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Squares - OLS) yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
yi; = bo + b1x1 + b2x2 + ..+ bnxn + e; ( SFR, dihitung)
Pertanyaan yang timbul adalah: dengan mererima kenyataan bahwa SRF hanyalah suatu pendekatan dari PFR, dapakah ditemukan suatu ketentuan atau metode yang membuat pendekatan tersebut "sedekat" mungkin ?. Dengan kata lain bagaimana SRF dihitung, sehingga diperoleh bo “sedekat" mungkin Bo sebenarnya, b1 "sedekat" mungkin dengan B1 sebenarnya demikian juga untuk b2, b3 dan seterusnya sanpai bn. Oleh karena itu perlu dilakukan uji asumsi klasik. Dengan melihat :
1. Normalitas
2. Homoskedasitas (kesamaan varians)
3. Nonautokorelasi Autokorelasi, dan
4. Nonmultikolinearitas Multikolinearitas
Minggu, 04 Oktober 2009
Kinerja SAMSAT Surabaya Selatan 2006
1. Kepuasan Masyarakat
Skor rata-rata kepuasan masayarat (yang mengurus surat sendiri dan penjual jasa) terhadap pelayanan KB SAMSAT Surabaya Selatan adalah adalah 3,61, yang menunjukkan mutu pelayanan termasuk dalam katagori A, sehingga kreteria kinerja unit pelayanan masuk katagori sangat baik. Dari 14 unsur pelyanan yang diteliti, jenis pelayanan Persyaratan Mengurus Surat Kendaraan Bermotor dinilai paling rendah oleh masyarakat dengan skor rata-rata 3,27. Berbagai upaya yang telah dilakukan KB SAMSAT Surabaya Selatan untuk mensosialisasikan persyaratan yang diperlukan untuk mengurus surat kendaraan bermotor, antara lain melalui penyederhanaan syarat yang diperlukan, pengumuman yang ditempel di beberapa tempat, menyediakan pusat pelayanan informasi dan lainnya, namun masyarakat masih dirasa kurang. Pelayan terendah kedua adalah Kewajaran Biaya (3,32), hasil penelitian menunjukan masyarakat menilai besarnya pajak kendaraan bermotor yang ditetapkan pemerintah masih terlalu tinggi sehingga dinilai kurang wajar. Kesadaran masyarakat membayar pajak memang masih rendah, hal ini ditunjukkan oleh masih banyaknya kendaraan yang Surat Tanda Nomer Kendaraannya mati karena belum membayar pajak. Sementara skor pelayanan tertinggi adalah Kemampuan Petugas (4,03), masyarakat sangat puas dengan pelayanan petugas yang dianggap mampu dan trampil melaksanakan tugas sesuai bagian masing-masing yang tetunya berdampak terhadap kecepatan proses pengurusan surat.
Secara umum tingkat kepuasan masyarakat berdasarkan hasil penelitian ini tidak berbeda dengan tingkat kepuasan masyarat hasil penelitian peneliti dari SAMSAT Surabaya Selatan. Skor kepuasan masyarakat hasil peneliti SAMSAT Surabaya Selatan pada tahun yang sama adalah 3,59 (sedikit lebih rendah dari skor kepuasan penelitian ini). Hal ini disebabkan keterlibatan kelompok penjual jasa sebagai responden. Hasil penelitian sejenis selama tiga tahun terakhir menunjukkan Indek Kepuasan Masyarakat yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, walau peningkatan kepuasan masayarakat terhadap pelayanan KB SAMSAT Surabaya Selatan kurang significant. Berdasarkan perhitungan Indek Kepuasan Masyarakat dari tahun 2004 sampai dengan 2006 adalah sebagai berikut:
Kepuasan masyarakat tahun 2005 hanya meningkat sebesar 0,34 persen dibanding kepuasan tahun 2004, sementara kepuasan masyarakat terhadap pelayanan KB SAMSAT Surabaya Selatan tahun 2006 hanya meningkat sebesar 0,73 persen dibanding kepuasan tahun 2004 atau meningkat 0,39 persen dibanding tahun 2005, sedikit lebih tinngi dari peningkatan kepuasan tahun sebelumnya.
2. Perbedaan Kepuasan
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan KB SAMSAT Surabaya Selatan adalah sebagai berikut: Skor kepuasan responden yang mewakili kelompok masyarakat yang mengurus surat kendaraannya sendiri adalah 3,47, sedang skor kepuasan responden yang mewakili kelompok penjual jasa (calo) adalah 4,05. Dari hasil uji statistic, berbedaan skor kepuasan kedua kelompok tidak berbeda secara significant dengan koefisien significant 0,597 > 0,05. Secara umum skor kepuasan masyarakat sebesar 3,47 masuk dalam katagori sangat baik. Perbedaan pelayanan yang paling dirasakan antara masyarakat yang mengurus sendiri dengan penjual jasa terutama yang terkait dengan Kejelasan Prosedur Pengurusan, dan Persyaratan Megurus Surat Kendaraan Bermotor. Hal ini bisa dimaklumi karena bagi penjual jasa, prosedur dan persyaratan sudah sangat dipahami karena merupakan kegiatan mereka sehari-hari, sehingga setiap ada perubahan prosedur dan persyaratan mereka dapat segera mereka ketahui untuk selanjutnya menyesuai-kan, berbeda dengan masyarakat yang mengurus surat kendaraan bermotor sendiri. Selaian dua unsur pelayanan yang perbedaan skornya sangat tajam tersebut ada tiga unsur pelayanan yang menurut persepsi kedua kelompok responden mempunyai skor relatip sama, yaitu: 1. Tanggung Jawab Petugas, kedua kelompok responden umumnya menilai petugas bertanggung jawab atas tugasnya, terutama terkait dengan berkas-berkas kendaraan yang ditangani 2. Kemampuan Petugas, kedua kelompok responden menilai bahwa petugas di masing-masing bagian menguasai dan mampu menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, dan 3. Keadilan Petugas, Kedua kelompok responden menilai petugas bersikap adil dalam memberi pelayanan, tidak ada perbedaan pelayanan terutama dalan antrian. Siapa yang antri duluan mendapat pelayanan lebih dulu kecuali kurang persyaratannya. Unsur-Unser pelayanan lain secara umum memang ada perbedaan, dan perbedaan kepuasan terhadap tersebut beberapa jenis pelayanan sangat nyata (significant). Jenis pelayanan yang berbeda adalah yang terkait dengan Kejelasan Prosedur, Persyaratan yang diperlukan, Kejelasan Wewenang, Disiplin Petugas, dan Ketepatan Waktu. Kepuasan kelompok penjual jasa lebih tinggi dibanding dengan kelompok masyarakat yang mengurus sendiri. Perbedaan tersebut sangat wajar, karena unsur-unsur pelayanan tersebut sudah dipahami oleh kelompok penjual jasa karena hampir setiap hari mengurus surat kendaraan bermotor, sementara bagi kelompok masyarakat yang mengurus sendiri dalam satu tahun hanya satu atau dua kali saja mengurus surat kendaraan bermotor.
Untuk memperoleh informasi lebih lengkap perkembangan pelayanan KB SAMSAT Surabaya Selatan dilakukan penilitian lebih mendalam kepada 50 responden kelompok penjual jasa, dengan perimbangan yang bersangkutan sangat memahami perubahan pelayananan yang terjadi karena sangat terkait dengan profesi mereka dibanding masyarakat umum yang mengurus surat kendaraanya sendiri.
Menurut jawaban responden pelayanan pengurusan surat kendaraan bermotor di kantor KB SAMSAT Suarabaya Selatan pada saat dilakukan penelitian telah banyak mengalami peningkatan dibanding pelayanan sebelumnya. Perbedaan pelayanan dulu dan sekarang sangat nyata dan terjadi pada seluruh unsur pelayanan. Perbedaan yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah unsur pelayanan yang terkait dengan prosedur pengurusan surat kendaraan, prosedur sekarang jauh lebih sederhana dibanding yang dulu. Selain prosedur pelayanan, unsur pelayanan tentang persyaratan untuk mengurus surat kendaraan, persyaratan yang diperlukan untuk mengurus surat kendaraan sekarang lebih sedikit dan jelas sehingga sangat mememperlancar dalam mengurus surat. Ketepatan waktu untuk mengurus surat kendaraan juga mengalami percepatan yang dirasakan oleh masyarakat, mengurus surat kendaraan sekarang lebih cepat dibanding dulu.
3. Pertimbangan Responden Menggunakan Jasa
Untuk memperoleh penjelasan tentang alasan masyarakat memilih menggunakan jasa orang lain untuk mengurus surat kendaraan bermotor diambil 20 responden yang bersumber dari penjual jasa.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pertimbangan responden menggunakan jasa orang lain untuk mengurus surat kendaraan bermotornya ternyata tidak terkait dengan kualitas pelayanan atau prosedur yang harus dilakukan dalam pengurusan surat kendaraan, tetapi lebih dikarenakan kesibukan responden sehingga tidak ada waktu untuk mengurus sendiri. Semua responden menyatakan tidak ada waktu atau sibuk sehingga menggunakan jasa orang lain. Selain unsur kesibukan, sebagian responden juga mempertimbangkan hubungan yang sudah baik dengan penjual jasa karena sudah bekerjasama dalam waktu relatip lama, salah seorang rospenden mengaku sudah lebih dari sepuluh tahun menggunakan jasa rekanan tersebut. Walau jumlahnya tidak banyak, ada responden yang bermaksud memberi pekerjaan pada rekanan yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri karena menilai biaya jasa yang harus ditanggung tidak terlalu besar (wajar) dan setahun hanya 3 sampai 4 kali saja memanfaatkan jasanya.
Kesimpulan
1. Indek Kepusan Masyarakat (IKM) dalam mengurus surat kendaraan bermotor di KB SAMSAT Surabaya Selatan, dari tahun ke tahun terus meningkat, dan umumnya masyarakat sangat puas dengan pelayanan yang diterima. Meningkatnya IKM tersebut diikiuti dengan peningkatan semua unsur pelayanan.
2. Perbedaan Kepuasan Masyarakat.
a. Beberapa unsur pelayan terdapat perbedaan kepuasan, dimana kepuasan penjual jasa relatip lebih tinggi dibanding kepuasan masyarakat yang mengurus kendaraan sendiri, perbedaan tersebut lebih disebabkan karena bagi penjual jasa, prosedur pengurusan surat sudah biasa mereka lakukan karena memang pekerjaannya. Secara umum kepuasan kedua kelompok terhadap pelayanan dalam pengurusan surat kendaraan tidak berbeda nyata.
b. Perbedaan pelayanan dalam pengurusan surat kendaraan bermotor dulu dan sekarang, sangat dirasakan oleh masyarakat, dimana pelayan sekarang jauh lebih baik dibanding dulu, dan perbedaan tersebut nyata untuk semua unsur pelayanan.
3. Masih banyaknya masyarakat menggunakan jasa orang lain untuk mengurus kendaraan bermotor, bukan dikarenakan kualitas pelayanan, tetapi umumnya dikarenakan kesibukan responden sehingga tidak ada waktu untuk mengurus sendiri, alasan lain karena sudah terjalin hubungan yang baik dengan penjual jasa sambil memberi pekerjaan.
Saran
1. Kinerja KB. SAMSAT yang sangat memuaskan masyarakat dalam memberikan pelayanan pengurusan surat kendaraan beromotor perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan, karena ke depan masyarakat pasti akan menuntut pelayanan yang lebih baik lagi.
2. Unsur pelayanan meliputi Kejelasan Prosedur, Persyaratan yang diperlukan, Kejelasan Wewenang dan Disiplin Petugas serta Ketepatan Waktu perlu ditingkatkan, karena unsur pelayanan tersebut yang dinilai kurang memuaskan dibanding unsur pelayanan lainnya, khususnya oleh kelompok masyarakat yang mengurus surat kendaraan sendiri.
Skor rata-rata kepuasan masayarat (yang mengurus surat sendiri dan penjual jasa) terhadap pelayanan KB SAMSAT Surabaya Selatan adalah adalah 3,61, yang menunjukkan mutu pelayanan termasuk dalam katagori A, sehingga kreteria kinerja unit pelayanan masuk katagori sangat baik. Dari 14 unsur pelyanan yang diteliti, jenis pelayanan Persyaratan Mengurus Surat Kendaraan Bermotor dinilai paling rendah oleh masyarakat dengan skor rata-rata 3,27. Berbagai upaya yang telah dilakukan KB SAMSAT Surabaya Selatan untuk mensosialisasikan persyaratan yang diperlukan untuk mengurus surat kendaraan bermotor, antara lain melalui penyederhanaan syarat yang diperlukan, pengumuman yang ditempel di beberapa tempat, menyediakan pusat pelayanan informasi dan lainnya, namun masyarakat masih dirasa kurang. Pelayan terendah kedua adalah Kewajaran Biaya (3,32), hasil penelitian menunjukan masyarakat menilai besarnya pajak kendaraan bermotor yang ditetapkan pemerintah masih terlalu tinggi sehingga dinilai kurang wajar. Kesadaran masyarakat membayar pajak memang masih rendah, hal ini ditunjukkan oleh masih banyaknya kendaraan yang Surat Tanda Nomer Kendaraannya mati karena belum membayar pajak. Sementara skor pelayanan tertinggi adalah Kemampuan Petugas (4,03), masyarakat sangat puas dengan pelayanan petugas yang dianggap mampu dan trampil melaksanakan tugas sesuai bagian masing-masing yang tetunya berdampak terhadap kecepatan proses pengurusan surat.
Secara umum tingkat kepuasan masyarakat berdasarkan hasil penelitian ini tidak berbeda dengan tingkat kepuasan masyarat hasil penelitian peneliti dari SAMSAT Surabaya Selatan. Skor kepuasan masyarakat hasil peneliti SAMSAT Surabaya Selatan pada tahun yang sama adalah 3,59 (sedikit lebih rendah dari skor kepuasan penelitian ini). Hal ini disebabkan keterlibatan kelompok penjual jasa sebagai responden. Hasil penelitian sejenis selama tiga tahun terakhir menunjukkan Indek Kepuasan Masyarakat yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, walau peningkatan kepuasan masayarakat terhadap pelayanan KB SAMSAT Surabaya Selatan kurang significant. Berdasarkan perhitungan Indek Kepuasan Masyarakat dari tahun 2004 sampai dengan 2006 adalah sebagai berikut:
Kepuasan masyarakat tahun 2005 hanya meningkat sebesar 0,34 persen dibanding kepuasan tahun 2004, sementara kepuasan masyarakat terhadap pelayanan KB SAMSAT Surabaya Selatan tahun 2006 hanya meningkat sebesar 0,73 persen dibanding kepuasan tahun 2004 atau meningkat 0,39 persen dibanding tahun 2005, sedikit lebih tinngi dari peningkatan kepuasan tahun sebelumnya.
2. Perbedaan Kepuasan
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan KB SAMSAT Surabaya Selatan adalah sebagai berikut: Skor kepuasan responden yang mewakili kelompok masyarakat yang mengurus surat kendaraannya sendiri adalah 3,47, sedang skor kepuasan responden yang mewakili kelompok penjual jasa (calo) adalah 4,05. Dari hasil uji statistic, berbedaan skor kepuasan kedua kelompok tidak berbeda secara significant dengan koefisien significant 0,597 > 0,05. Secara umum skor kepuasan masyarakat sebesar 3,47 masuk dalam katagori sangat baik. Perbedaan pelayanan yang paling dirasakan antara masyarakat yang mengurus sendiri dengan penjual jasa terutama yang terkait dengan Kejelasan Prosedur Pengurusan, dan Persyaratan Megurus Surat Kendaraan Bermotor. Hal ini bisa dimaklumi karena bagi penjual jasa, prosedur dan persyaratan sudah sangat dipahami karena merupakan kegiatan mereka sehari-hari, sehingga setiap ada perubahan prosedur dan persyaratan mereka dapat segera mereka ketahui untuk selanjutnya menyesuai-kan, berbeda dengan masyarakat yang mengurus surat kendaraan bermotor sendiri. Selaian dua unsur pelayanan yang perbedaan skornya sangat tajam tersebut ada tiga unsur pelayanan yang menurut persepsi kedua kelompok responden mempunyai skor relatip sama, yaitu: 1. Tanggung Jawab Petugas, kedua kelompok responden umumnya menilai petugas bertanggung jawab atas tugasnya, terutama terkait dengan berkas-berkas kendaraan yang ditangani 2. Kemampuan Petugas, kedua kelompok responden menilai bahwa petugas di masing-masing bagian menguasai dan mampu menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, dan 3. Keadilan Petugas, Kedua kelompok responden menilai petugas bersikap adil dalam memberi pelayanan, tidak ada perbedaan pelayanan terutama dalan antrian. Siapa yang antri duluan mendapat pelayanan lebih dulu kecuali kurang persyaratannya. Unsur-Unser pelayanan lain secara umum memang ada perbedaan, dan perbedaan kepuasan terhadap tersebut beberapa jenis pelayanan sangat nyata (significant). Jenis pelayanan yang berbeda adalah yang terkait dengan Kejelasan Prosedur, Persyaratan yang diperlukan, Kejelasan Wewenang, Disiplin Petugas, dan Ketepatan Waktu. Kepuasan kelompok penjual jasa lebih tinggi dibanding dengan kelompok masyarakat yang mengurus sendiri. Perbedaan tersebut sangat wajar, karena unsur-unsur pelayanan tersebut sudah dipahami oleh kelompok penjual jasa karena hampir setiap hari mengurus surat kendaraan bermotor, sementara bagi kelompok masyarakat yang mengurus sendiri dalam satu tahun hanya satu atau dua kali saja mengurus surat kendaraan bermotor.
Untuk memperoleh informasi lebih lengkap perkembangan pelayanan KB SAMSAT Surabaya Selatan dilakukan penilitian lebih mendalam kepada 50 responden kelompok penjual jasa, dengan perimbangan yang bersangkutan sangat memahami perubahan pelayananan yang terjadi karena sangat terkait dengan profesi mereka dibanding masyarakat umum yang mengurus surat kendaraanya sendiri.
Menurut jawaban responden pelayanan pengurusan surat kendaraan bermotor di kantor KB SAMSAT Suarabaya Selatan pada saat dilakukan penelitian telah banyak mengalami peningkatan dibanding pelayanan sebelumnya. Perbedaan pelayanan dulu dan sekarang sangat nyata dan terjadi pada seluruh unsur pelayanan. Perbedaan yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah unsur pelayanan yang terkait dengan prosedur pengurusan surat kendaraan, prosedur sekarang jauh lebih sederhana dibanding yang dulu. Selain prosedur pelayanan, unsur pelayanan tentang persyaratan untuk mengurus surat kendaraan, persyaratan yang diperlukan untuk mengurus surat kendaraan sekarang lebih sedikit dan jelas sehingga sangat mememperlancar dalam mengurus surat. Ketepatan waktu untuk mengurus surat kendaraan juga mengalami percepatan yang dirasakan oleh masyarakat, mengurus surat kendaraan sekarang lebih cepat dibanding dulu.
3. Pertimbangan Responden Menggunakan Jasa
Untuk memperoleh penjelasan tentang alasan masyarakat memilih menggunakan jasa orang lain untuk mengurus surat kendaraan bermotor diambil 20 responden yang bersumber dari penjual jasa.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pertimbangan responden menggunakan jasa orang lain untuk mengurus surat kendaraan bermotornya ternyata tidak terkait dengan kualitas pelayanan atau prosedur yang harus dilakukan dalam pengurusan surat kendaraan, tetapi lebih dikarenakan kesibukan responden sehingga tidak ada waktu untuk mengurus sendiri. Semua responden menyatakan tidak ada waktu atau sibuk sehingga menggunakan jasa orang lain. Selain unsur kesibukan, sebagian responden juga mempertimbangkan hubungan yang sudah baik dengan penjual jasa karena sudah bekerjasama dalam waktu relatip lama, salah seorang rospenden mengaku sudah lebih dari sepuluh tahun menggunakan jasa rekanan tersebut. Walau jumlahnya tidak banyak, ada responden yang bermaksud memberi pekerjaan pada rekanan yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri karena menilai biaya jasa yang harus ditanggung tidak terlalu besar (wajar) dan setahun hanya 3 sampai 4 kali saja memanfaatkan jasanya.
Kesimpulan
1. Indek Kepusan Masyarakat (IKM) dalam mengurus surat kendaraan bermotor di KB SAMSAT Surabaya Selatan, dari tahun ke tahun terus meningkat, dan umumnya masyarakat sangat puas dengan pelayanan yang diterima. Meningkatnya IKM tersebut diikiuti dengan peningkatan semua unsur pelayanan.
2. Perbedaan Kepuasan Masyarakat.
a. Beberapa unsur pelayan terdapat perbedaan kepuasan, dimana kepuasan penjual jasa relatip lebih tinggi dibanding kepuasan masyarakat yang mengurus kendaraan sendiri, perbedaan tersebut lebih disebabkan karena bagi penjual jasa, prosedur pengurusan surat sudah biasa mereka lakukan karena memang pekerjaannya. Secara umum kepuasan kedua kelompok terhadap pelayanan dalam pengurusan surat kendaraan tidak berbeda nyata.
b. Perbedaan pelayanan dalam pengurusan surat kendaraan bermotor dulu dan sekarang, sangat dirasakan oleh masyarakat, dimana pelayan sekarang jauh lebih baik dibanding dulu, dan perbedaan tersebut nyata untuk semua unsur pelayanan.
3. Masih banyaknya masyarakat menggunakan jasa orang lain untuk mengurus kendaraan bermotor, bukan dikarenakan kualitas pelayanan, tetapi umumnya dikarenakan kesibukan responden sehingga tidak ada waktu untuk mengurus sendiri, alasan lain karena sudah terjalin hubungan yang baik dengan penjual jasa sambil memberi pekerjaan.
Saran
1. Kinerja KB. SAMSAT yang sangat memuaskan masyarakat dalam memberikan pelayanan pengurusan surat kendaraan beromotor perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan, karena ke depan masyarakat pasti akan menuntut pelayanan yang lebih baik lagi.
2. Unsur pelayanan meliputi Kejelasan Prosedur, Persyaratan yang diperlukan, Kejelasan Wewenang dan Disiplin Petugas serta Ketepatan Waktu perlu ditingkatkan, karena unsur pelayanan tersebut yang dinilai kurang memuaskan dibanding unsur pelayanan lainnya, khususnya oleh kelompok masyarakat yang mengurus surat kendaraan sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)